Wahai para mujahidin…
Sesungguhnya sunnatulloh itu tetap akan berlaku: bahwa tidak ada yang lebih tinggi di atas hukum syar‘î. Bahkan, Alloh sendiri berfirman kepada nabi kita, Muhammad n, dengan titah yang membuat hati ini serasa tercabut dibuatnya, Alloh Ta‘ala berfirman:
وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74) إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75)
“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.” (QS. Al-Isrô’: 74-75).
Ini yang berlaku pada diri Nabi kita, Muhammad n, jika beliau condong kepada musuh –dan mustahil beliau seperti itu—, lalu bagaimana dengan orang yang derajatnya di bawah beliau?
Oleh karena itu, sekali lagi, carilah selamat, carilah selamat…teruslah bersabar dan bersabar, tetaplah teguh dan tetaplah teguh di atas manhaj salaf, di mana Alloh berfirman tentang mereka:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (QS. Al-Ahzâb: 23).
Maka, jangan pernah kalian berubah, sekali lagi jangan berubah, wahai rekan-rekan tauhid.
Jangan sampai kalian termasuk orang-orang yang mengkhianati Alloh dan Rosul-Nya, karena sesungguhnya Alloh l berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rosul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfâl: 27).
Sesungguhnya jihad adalah amanah yang dipikulkan di atas pundak-pundak kalian, dan kelak Alloh akan menanyai kalian tentang amanah tersebut. Pengkhianat bukan sekedar mereka yang memberi bantuan dan membelot kepada musuh, bahkan termasuk pengkhianat adalah orang yang berdiam diri saja, meninggalkan senjata, dan rela begitu saja kesucian diberikan kepada musuh-musuh Alloh.
Demi Alloh, sehari dalam kehidupan singa-singa itu lebih baik daripada seribu hari dalam kehidupan serigala; sesungguhnya harga diri, kemuliaan, dan kehidupan hakiki kalian adalah jihad fi sabilillah. Maka, jangan pernah, sekali lagi jangan pernah, kalian meletakkan senjata. Sesungguhnya jika kalian berbuat demikian, kalian akan digantikan orang lain, lalu kalian jauh dari rahmat Alloh.
Berusahalah sekuat mungkin untuk menjadi bagian dari kafilah mulia itu; kafilah Muhammad n dan para sahabatnya. Bukakan rumah-rumah dan hati-hati kalian untuk menerima saudara-saudara kalian yang berhijrah, yang pergi meninggalkan kesenangan dunia dan berangkat dalam rangka membela agama dan kehormatan kalian. Jadilah kaum Anshor terbaik bagi kaum muhajirin terbaik. Jangan pernah kalian kenyang sementara mereka lapar. Jangan pernah kalian tidur sementara mereka ketakutan. Berusahalah agar kalian termasuk mereka yang meraih kabar gembira agung itu, yaitu menjadi orang-orang yang disabdakan Nabi n: “Aku adalah bagian dari kalian, dan kalian adalah bagian dariku. Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dariku.”
Rosululloh n bersabda: “Sesungguhnya kabilah Asy‘ari, apabila ada di antara mereka yang menjanda karena perang, atau ada keluarga di antara mereka yang kekurangan makanan di Madinah, mereka mengumpulkan semua yang mereka miliki dalam satu kain, setelah itu mereka membagikannya di antara mereka masing-masing dalam satu wadah yang sama. Maka mereka itulah golonganku dan aku adalah golongan mereka.”
Dan sejarah kita tidak akan pernah mandul untuk melahirkan orang-orang seperti kaum Asy‘ariyyin tersebut. Setiap zaman ada pelaku dan tokohnya sendiri-sendiri.
Berikut ini saya sampaikan contoh pengorbanan yang dipersembahkan demi membela agama ini. Sungguh pengorbanan yang setiap muslim akan membanggakannya, pelakunya adalah “singa” berasal dari keluar Zubai‘ murni, namanya: Al-Akh Al-Mujahid Abu Abdillâh Az-Zubai‘î. Ketika ikhwan-ikhwan berangkat melancarkan serangan Abu Gharib Pertama, Abu ‘Abdillâh termasuk mereka yang menyediakan rumahnya sebagai tempat bagi mujahidin. Namun Alloh mentakdirkan –karena ada hikmah yang Dia ketahui—rencana ikhwan-ikhwan tercium sebelum amaliyah dimulai. Maka mulailah pesawat-pesawat menggempur perumahan-perumahan mereka, akibatnya sekitar dua puluh orang dari anggota keluarga Akh Abu ‘Abdillâh terbunuh –termasuk ayahnya dan beberapa saudaranya yang laki-laki maupun perempuan—. Akh Abu ‘Abdillâh kemudian memberikan contoh terindah bagaimana seseorang harus bersabar dan ber-ihtisâb. Ketika saya hendak bertakziah (menghibur) dan mentabahkan hatinya, ia berkata: “Wahai Fulan, selagi engkau dan teman-teman muhajirin baik-baik saja, maka segala sesuatu setelah itu adalah ringan.” Dengan logat kental Iraknya yang lembut, ia menambahkan: “Aku, keluargaku dan anak-anakku akan menjadi tumbal bagi para mujahidin.”
Maka jangan sampai musuh menghalangi kalian dari para muhajirin. Sungguh aku bersumpah demi Dzat yang kelak aku akan kembali kepada-Nya, jihad yang benar di Irak tidak pernah ada tanpa keberadaan para muhajirin, putera-putera umat yang dermawan, yang keluar dari kabilah-kabilah, yang membela Alloh dan Rosul-Nya n. Maka jangan sampai kalian tidak mendapatkan mereka, sebab hilangnya mereka berarti hilangnya kekuatan kalian. Hilangnya mereka berarti hilang pula berkah dan kelezatan jihad. Maka sungguh kalian tidak bisa lepas dari mereka, sebagaimana mereka pun tidak bisa terlepas dari kalian.
Dan jangan pedulikan kata-kata para mukhadz-dzilûn, yang menghias sikap lepas tanggung jawabnya dan pelemahan semangatnya dengan tampilan yang seolah syar‘î. Jika ada yang datang kepada kalian untuk meyakinkan perlunya melakukan perundingan dengan musuh, atau bergabung bersama dinas ketentaraan atau kepolisian, dengan alasan mashlahat, maka buatlah tuli telinga kalian dari kata-kata mereka, sapu bersihlah pintu rumah kalian dari jejak-jejak mereka, lalu ucapkanlah: Yâ Muqolliba al-qulûb, tsabbit qolbî ‘alâ dînika, wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati teguhkanlah hati kami di atas Agama-Mu. Karena, sungguh, demi Alloh jika mereka bisa lari secepat apapun, kehinaan maksiat tetap tidak akan terlepas dari mereka. Alloh tidak menghendaki selain menghinakan siapapun yang bermaksiat kepada-Nya, setinggi apapun gelar mereka, sebanyak apapun ijazah mereka, dan semenjulang apapun nama mereka. Karena Alloh tidak menghendaki selain menghinakan siapa saja yang bermaksiat kepada-Nya. Alloh menjauhkan orang yang Dia jauhkan…Alloh menjauhkan orang yang Dia jauhkan.
Wahai para mujahidin…
Sesungguhnya Alloh l berfirman:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكّاً وَخَرَّ مُوسَى صَعِقاً فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Robbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Alloh berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Tatkala Robbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (Al-A‘rôf [7]: 143).
Ini adalah keadaan gunung yang tuli, yang tidak pernah sekali pun bermaksiat kepada Alloh. Lalu bagaimana dengan diriku dan diri kalian?
Diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih dari Nabi kita, n, bahwa beliau bersabda: “Semua dari kalian akan diajak bicara oleh Robbnya, tidak ada perantara antara dirinya denganNya, lalu ia melihat ke kanan maka ia melihat apa yang pernah dia kerjakan, kemudian ia melihat ke kiri maka ia melihat apa yang telah ia kerjakan, lalu ia melihat ke depan maka ternyata di sana ada Neraka, maka takutlah kalian akan api neraka meskipun melalui sedekah dengan separuh biji kurma.”
Bayangkanlah, wahai saudaraku dalam jihad, ketika nanti kamu berdiri di hadapan Dzat Yang Menciptakanmu, lalu Dia menanyaimu tentang amanah besar ini, apa kira-kira yang akan engkau perbuat? Siapkanlah jawaban untuk keadaan seperti ini. Demi Alloh, kalian semua musnah dan kalian korbankan semua yang ada, itu lebih baik bagi kalian di sisi Alloh daripada kalian berjumpa dengan-Nya dalam keadaan ridho terhadap hukum orang-orang salib dan orang-orang Rafidhah yang jahat itu.
Semua ini hanyalah hari-hari, semuanya akan berlalu dengan manis pahitnya, dengan baik dan buruknya, setelah itu yang adalah: jika tidak surga atau neraka.
Muslim meriwayatkan di dalam Shohih-nya dari Anas a ia berkata: Nabi n bersabda: “Bakal penghuni Neraka yang paling enak hidupnya sewaktu di dunia akan dipanggil pada hari Kiamat, lalu ia dicelupkan sekali celup ke dalam Neraka, setelah itu dikatakan: ‘Hai anak Adam, pernahkah engkau melihat sesuatu yang bagus? Pernahkah satu kenikmatan menghampiri dirimu?’ ia pun menjawab: ‘Tidak demi Alloh, ya Robb.’ Kemudian bakal penghuni Surga yang hidupnya paling sengsara sewaktu di dunia dipanggil, setelah itu ia dicelupkan sekali celup ke dalam Surga, kemudian ia ditanya: ‘Hai anak Adam, pernahkan engkau melihat kesusahan? Pernahkan kesusahan menimpa dirimu?’ ia berkata: ‘Tidak demi Alloh, ya Robb, tidak pernah ada satu kesedihan pun yang kualami, dan aku tidak pernah merasakan kesusahan.’”
Neraka…ya seperti itulah keadaannya, adakah di antara kita yang sanggup bersabar menelan makanannya, meneggak minumannya, memakan buah zaqqumnya dan menahan hawa zamharîrnya?
Sesungguhnya malaikat Mikail tidak pernah bermaksiat kepada Alloh, bahkan dia adalah salah satu malaikat yang didekatkan, dia tidak pernah tertawa sejak neraka diciptakan.
Di dalam kitab Lathôif al-Ma‘ârif tulisan Ibnu Rojab Al-Hanbali disebutkan: “Seorang budak perempuan milik Umar bin Abdul Aziz datang dan bercerita bahwa dirinya bermimpi seolah-olah melihat titian Shirath telah dipasang di atas Jahannam, sementara Jahannam itu mendesis-desis mengumpat penghuninya. Budak itu berkisah bahwa dirinya melihat beberapa orang lewat di atas shirath tersebut lalu mereka disambar oleh api Neraka. Ia berkata: “Dan aku melihatmu, wahai Amirul Mukminin termasuk yang digiring…” maka serta merta Umar langsung pingsan beberapa lama dengan tubuh bergoncang, sementara budak wanita itu berteriak di dekat telinganya: “Demi Alloh, aku melihat dirimu selamat. Aku melihat dirimu, demi Alloh, termasuk yang selamat.”
Sungguh umat ini telah mengirimkan putera-putera kesayangannya menuju Negeri Dua Sungai, sungguh putera-putera umat ini telah berlomba-lomba mengorbankan nyawa mereka dengan murah demi menjadi tumbal bagi agama ini dan demi membela kehormatan kaum muslimin, mereka torehkan potret pengorbanan, kebanggaan dan kejantanan terindah dengan darah-darah mereka.
Di antara singa-singa dan pahlawan yang muncul terakhir –dan bukan yang paling akhir—adalah seorang ulama mujahid: ‘Abdullôh bin Muhammad Ar-Rosyûd. Orang yang sangat menjadi momok bagi thoghut-thoghut di Jazirah Arab. Berkat anugerah dan karunia Alloh, Alloh menyelematkannya dari cengkeraman mereka, lalu ia pergi ke medan pertempuran dan peperangan untuk menjemput saat-saat mati syahid yang selalu ia minta dan ia harapkan, dan untuk memberikan contoh terindah dalam menerangkan kewajiban yang mesti ditunaikan oleh ulama. Memang, mata para pengecut tidak akan pernah bisa tidur. Jika kesyahidan dia membuat thoghut-thoghut keluarga Sa‘ud (baca: Salûl) senang, sungguh aku berharap Alloh menghidupkan jiwa-jiwa ulama lain dengan darahnya sehingga mereka mau berangkat langsung ke medan-medan jihad, supaya mereka menjadi teladan bagi putera-putera umat ini lalu mereka menjemput mati seperti Ar-Rosyûd menjemput mati.
Jangan lagi kulihat kamu menangis setelah kematianku
Karena semasa hidup engkau telah memberi bekal kepadaku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apapun tanggapan anda, silahkan tulis...