Rabu, 05 Agustus 2009

Inilah Manhaj Kami

judul Asli :

Al-Kalimat fil Minhaj

Penulis :

Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al-Burqowi Al-Maqdisi
( Hafizahullah )

Edisi Indonesia :

Inilah Manhaj Kami

Penerjemah :

Abdul Rohman Al-Indunisi

Publikasi :

Divisi Media & Kajian
Jama’ah Tauhid Wal Jihad

bantai_uk@yahoo.co.uk


© All Right Reserved
Silahkan memperbanyak tanpa merubah isi, pergunakanlah untuk kepentingan kaum Muslimin !

“Demi Kembalinya seluruh Dien hanya milik Allah Ta’ala”



(1) TEGAKNYA AGAMA DENGAN KITAB YANG MEMBERI PETUNJUK DAN PEDANG YANG MENOLONG DAN CUKUPLAH TUHANMU MENJADI
PEMBERI PETUNJUK DAN PENOLONG

Berkata Jabir bin Abdillah radhiyallaahu ‘anhu sementara ia membawa pedang di salah satu tangannya dan mushhaf di tangannya yang lain, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami agar memukul dengan ini (pedang) orang yang menyimpang dari ini (kitab).”
Perkataan Jabir bin Abdillah ini merupakan penafsiran terhadap firman Allah Ta’ala :
لقد أرسلنا رسلنا بالبينات وأنزلنا معهم الكتاب والميزان ليقوم الناس بالقسط
“Sungguh Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan timbangan agar manusia dapat melaksanakan keadilan.” (Al-hadid : 25)
“Maksud dari diutusnya rasul-rasul dan diturunkannya kitab-kitab adalah agar manusia dapat melaksanakan keadilan dalam hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya.” (Fatawa Syaikhul Islam 28/263)
Dan di antara hak Allah Ta’ala yang paling besar yang dengannya diutus seluruh rasul dan diturunkan semua kitabullah adalah agar manusia merealisasikan tauhid yang merupakan pemurnian ibadah kepada Allah dalam semua segi kehidupan mereka. Seluruh dakwah para rasul dan semua kitab yang diturunkan Allah kepada mereka dari pertama hingga terakhir berbicara tentang kebenaran yang agung ini yang intinya adalah :
 Seruan untuk merealisasikan dan menegakkan kebenaran (tauhid) ini atau perintah untuk berdakwah kepadanya dan bersabar dalam memperjuangkannya atau motivasi untuk berjihad dalam rangka merealisasikan tauhid tersebut serta memberikan loyalitas dan permusuhan karenanya.
 Berita tentang balasan bagi orang yang merealisasikan, menegakkan, dan menolong tauhid serta berjihad di jalannya dan juga pahala yang besar serta nikmat yang berharga yang dijanjikan Allah.
 Seruan untuk berlepas diri dari kesyirikan yang membatalkan tauhid dan seruan untuk berjihad melawannya dan berjihad melawan pendukungnya serta berusaha untuk menghancurkan-nya dan mencabut sampai ke akar-akarnya dengan segala bentuknya dari atas muka bumi.
 Berita tentang tempat kembali bagi orang-orang yang menentang perealisasian tauhid serta orang-orang yang me-meranginya dan memerangi wali-walinya. Tempat kembali mereka adalah kehinaan dan penyesalan serta hukuman yang buruk dan siksa yang kekal yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.
Semua kitabullah dan semua risalah nabi-nabi dari pertama hingga terakhir terangkum dalam al-haq (tauhid) ini dan berbicara tentangnya.
Tauhid merupakan tujuan terbesar dan target tertinggi yang karenanya Allah menciptakan makhluk, mengutus rasul-rasul untuk-nya, dan menurunkan kitab-kitab.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman :
وأنزلنا الحديد فيه بأس شديد ومنافع للناس وليعلم الله من ينصره ورسله بالغيب
“Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.” (Al-hadid : 25)
Barang siapa yang menentang tauhid dan tidak menegakkannya dengan adil dan menolak para rasul dan para da’i, ia diluruskan dengan pedang.
Ini merupakan makna dari sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
بعثت بالسيف بين يدي الساعة ، حتى يعبد الله وحده لا شريك له ،وجعل رزقي تحت ظل رمحي ،وجعل الذل والصغار على من خالف أمري ،ومن تشبه بقوم فهو منهم
“Aku diutus menjelang datangnya hari kiamat dengan membawa pedang hingga Allah disembah sendirian yang tiada sekutu bagi-Nya dan dijadikan rezekiku berada di bawah bayang-bayang tombakku serta dijadikan hina dan rendah orang yang menyelisihi urusanku. Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR Imam Ahmad dari Ibnu Umar)
“Barang siapa yang menyimpang dari kitab maka ia diluruskan dengan besi. Oleh karena itu, tegaknya agama adalah dengan mushhaf dan pedang.” (Al-fatawa 28/264)
Sudah semestinya para aktivis dakwah yang terpercaya pada setiap zaman menjadikan tauhid sebagai poros dakwah mereka, titik tolak pembicaraan dan persepsi mereka, dan sandaran timbangan mereka. Mereka berkeliling di sekitarnya dan oleh karenanya mereka diuji dan dipenjara serta di bawah panjinya mereka diperangi dan dibunuh.
Hendaknya mereka senantiasa berusaha untuk menegakkan tauhid berdasarkan Al-kitab dan As-sunnah dengan argumen dan keterangan. Barang siapa yang menolak tauhid siapa pun orangnya, maka ia diluruskan dengan besi.
Apabila pada suatu masa para aktivis dakwah sulit untuk mempergunakan besi dan tangan mereka tidak mampu untuk melakukannya, mereka tidak boleh menghapus ketentuan ini dari perhitungan mereka atau meninggalkannya. Akan tetapi, mereka harus beredar dengan Al-kitab dan berusaha dengan sungguh-sungguh dalam beri’dad untuk menegakkannya dengan besi.
Setiap orang yang mengetahui hakikat dien ini –hingga musuh-musuhnya-, mereka mengetahui bahwa dien ini adalah tauhid dan jihad, dakwah dan qital, mushhaf dan besi. Mereka benar-benar mengetahui –selama mereka menolak untuk istiqamah dalam dien ini dan menegakkannya dengan adil- bahwa dien ini menolak mereka dan akan mencabut kebatilan mereka hingga ke akar-akarnya di setiap masa dan setiap tempat. Mereka mengetahui bahwa Muham-mad shallallaahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk menyembelih mereka dan menyembelih orang-orang yang serupa dengan mereka. Rasulullah menghadapi orang-orang yang paling dekat dengan itu, yaitu keluarga dan kaumnya ketika mereka menolak untuk melaksanakan tauhid ini dengan adil. Beliau lalu memberitahukan mereka mengenai tujuannya sebelum akhirnya mampu menaklukkan mereka dalam beberapa tahun berikutnya. Beliau bersabda : “Dengarkanlah wahai orang-orang Quraisy! Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan sembelihan.” Kemudian beliau benar-benar melakukan hal itu dengan hadid (besi) yang dengannya Allah memuliakan Islam dan para penganutnya.
Insya Allah kita senantiasa mengikuti atsarnya, menempuh manhajnya, menegakkan sunnahnya, dan berperang bersamanya.
وكأي من نبي قاتل معه ربيون كثير فما وهنوا لما أصابهم في سبيل الله، وما ضعفوا وما استكانوا والله يحب الصابرين
“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran : 146)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “Sesungguhnya keadaan nabi yang berperang bersamanya atau dibunuh bersamanya para pengikutnya yang banyak tidak harus nabi tersebut ikut bersama mereka berada dalam peperangan. Akan tetapi, setiap orang yang mengikuti nabi dan berperang demi tegaknya diennya, sungguh ia telah berperang bersama nabi. Inilah yang dipahami oleh para sahabat. Sebab, sebagian besar peperangan yang mereka lakukan terjadi setelah wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hingga mereka mampu menaklukkan negeri Syam, Mesir, Iraq, Yaman, ‘Ajam, Romawi, negeri-negeri barat, dan negeri-negeri timur. Pada waktu itu cukup banyak orang yang terbunuh bersamanya. Sesungguhnya orang-orang yang berperang kemudian mereka terbunuh di atas dien para nabi sangat banyak. Ayat ini merupakan pelajaran bagi setiap orang beriman hingga datangnya hari kiamat. Sebab, mereka semuanya berperang bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan di atas diennya meskipun beliau telah meninggal. Mereka ini masuk dalam firman Allah Ta’ala : “Muhammad adalah utusan Allah; dan orang-orang yang bersamanya.” Dan ayat : “Dan orang-orang yang beriman setelahnya dan berhijrah serta berjihad bersama kalian.” Maka, bukan merupakan sebuah syarat bahwa orang yang taat harus menyaksikan orang yang ditaatinya melihatnya.” (Majmu’ Fatawa)
Kita katakan dengan terus terang kepada musuh-musuh kita mengenai tujuan kita dan kita beritahukan kepada mereka bahwa apabila pada hari ini kita lemah, maka hal ini bukan berarti kita menghapus kewajiban ini dari perhitungan kita. Sekali-kali tidak! Bagaimana pun juga, kita tidak boleh melakukannya dan kita tidak memiliki landasan untuk melakukannya. Oleh karena itu, kita berdo’a kepada Allah siang dan malam agar Ia menguatkan kita untuk menebas leher-leher mereka dan leher-leher musuh-musuh dien ini. Setiap gerak, diam, dan nafas kita adalah dalam rangka i’dad untuk menghadapi mereka.
Mereka benar-benar mengetahui hal itu dan juga mengetahui penyimpangan dan kesalahan para aktivis dakwah yang minder dan kalah yang berusaha dengan segala kesia-siaan untuk memisahkan kitab dari hadid (besi). Mereka mengetahui kebodohan aktivis dakwah tersebut terhadap hakikat dien ini dan bahwa ia telah menyimpang dari perintah syar’i Allah dan sunnah kauniyah-Nya dan tidak memahami dienul Islam.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : “Dan dienul Islam, hendaknya pedang mengikuti kitab. Apabila telah muncul ilmu berdasarkan Al-kitab dan As-sunnah sedangkan pedang mengikuti-nya, maka urusan Islam akan tegak.” (Al-fatawa 20/393)
Ia juga berkata : “Maka tegaknya agama adalah dengan Kitab yang memberi petunjuk dan pedang yang menolong. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.”

Ditulis pada Muharram 1422 H.



















(2) TIMBANGAN KITA DAN TIMBANGAN MEREKA

Bismillaah wal hamdu lillaah wash shalaatu was salaamu ‘alaa Rasuulillaah.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sungguh Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan timbangan agar manusia dapat melaksanakan keadilan.” (Al-hadid : 25)
Timbangan yang berdampingan dengan Kitabullah tidak memerlukan penilaian manusia, kelompok, sekte, dan atau pun jama’ah. Apabila rusak sebuah timbangan, pasti akan rusak pula bersamanya cara pandang dan paradigma berpikir, kemudian rusak pula hukum, perbuatan, tingkah laku, dan minhaj (metode). Realita yang ada dalam manhaj dan dakwah orang-orang yang menisbahkan diri kepada Islam pada hari ini merupakan bukti dan indikasi yang sangat besar mengenai hakikat ini.
Timbangan-timbangan merekalah yang membatasi manhaj dan tingkah laku mereka yang dibangun di atas penghukuman mereka terhadap individu, organisasi, dan jama’ah.
Sebagian mereka menimbang dengan timbangan nasionalisme sehingga Anda akan melihatnya bersaudara dengan orang-orang atheis, musyrik, kafir, dan bathiniyyun di bawah naungannya. Mengapa tidak? Bukankah mereka ini adalah saudaranya dalam perjuangan nasionalisme?!!
Sebagian mereka menimbang permasalahan dengan timbangan maslahat dan istihsanat (menganggap baik). Setiap sarana yang dapat mengantarkan kepada tujuan meskipun termasuk di antara sarana yang kotor dan busuk merupakan sarana yang baik dan bersih menurutnya. Mereka yang menempuhnya merupakan orang-orang yang berilmu yang memiliki pemikiran cemerlang, sedangkan mereka yang meninggalkannya merupakan orang-orang bodoh yang memiliki pemikiran sempit, dangkal, dan tertutup.
Sekelompok orang menimbang Anda dengan keuntungan duniawi yang mereka dapatkan dari Anda. Dengan ukuran ini Anda menjadi dekat atau jauh dari mereka.
Sebagian mereka mengambil satu segi dari agama yang dianggapnya baik dan mudah lalu ia menjadikan perasaan sebagai timbangan.
Sekelompok orang menimbang Anda dengan jumlah hari-hari dalam satu tahun yang Anda gunakan untuk keluar bersama mereka untuk berdakwah ilallaah. Dalam mengemukakan makna khuruj, mereka membatasi ayat-ayat dan hadits-hadits tentang jihad. Apabila Anda membenarkannya sesuai dengan yang dipaksakan oleh timbangan mereka, maka Anda adalah orang yang mereka cintai. Namun jika Anda meninggalkannya, Anda tidak lagi dicintai oleh orang tersebut meskipun Anda telah keluar dengan tombak dan darah sepanjang hayat untuk melawan setiap thaghut.
Sebagian mereka menimbang Anda berdasarkan sejauh mana pengetahuan dan pemahaman Anda dalam masalah asma’ wa shifat atau tauhidul ma’rifah wal itsbat (tauhid pengetahuan dan penetapan) yang cukup jelas bagi Iblis atau tauhid rububiyah yang juga cukup jelas bagi orang-orang kafir Quraisy. Menurut mereka, ini merupakan aqidah yang selamat, pemahaman salafy, jalan yang sesuai dengan atsar, dan … dan … dan …. Oleh karena itu, orang yang salah atau tergelincir sedikit saja dalam cabang-cabangnya adalah ahli bid’ah yang tercela di mana timbangan mereka tidak dapat memaafkannya meskipun ia telah merealisasikan tauhid di mana seluruh rasul diutus karenanya (tauhid uluhiyah), berjihad di jalan ikatannya yang kuat (laa ilaaha illallaah), berperang, dan terbunuh.
Adapun orang yang memperlihatkan pengetahuannya, maka menurut mereka ia adalah salafy tulen, bahkan termasuk dari ahlul hadits yang ikhlas dan pemimpin thaifah manshurah. Sifat ini tidak akan terlepas darinya meskipun hingga ia menghancurkan ikatan Islam yang kuat dan memfitnah prinsip dakwah para nabi dan rasul dan inti tauhid uluhiyah. Seorang thaghut yang paling sesat pun menurut timbangan mereka adalah imaamul Muslimin dan amiirul Mukminin selama ia menyebutkan dan mengetahui keyakinan tersebut.
Sebagian mereka menimbang Anda berdasarkan sejauh mana bara’ Anda terhadap orang yang mengkafirkan para penguasa thaghut mereka meskipun ia termasuk di antara golongan muwah-hidun yang ikhlas, sejauh mana kemarahan dan pemburukan Anda terhadapnya, sejauh mana wala’ dan perdebatan Anda demi membela para penguasa mereka yang kafir lagi pendosa yang disucikan dan dibaiat oleh para ulama sulthan, dan atau sejauh mana dukungan Anda kepada mereka serta ketiadaan pengkafiran Anda dengan keluar melawan mereka meskipun hanya dengan perkataan. Jika Anda memilih ini semua, Anda akan menjadi orang yang mereka ridhai dan pemilik paham yang cemerlang yang berhak mendapatkan semua dukungan, bantuan, pertolongan, dan penyandaran. Akan tetapi, jika perkara-perkara di atas tidak terpenuhi sedikit pun, maka Anda adalah ahli bid’ah yang jelek; musuh para ulama dan pemakan daging mereka yang beracun!! Bahkan, Anda adalah seorang khawarij yang merupakan salah satu makhluk paling jahat dan salah satu anjing neraka!!
Sebagian mereka memiliki dua timbangan, tidak hanya satu timbangan. Satu timbangan ia khususkan untuk dirinya yang dengan-nya ia menjaga keuntungan dan menimbang kebaikan. Alasan-alasan ‘udzur telah dipersiapkan meskipun untuk perbuatan-perbuatan dosa dan syirik. Timbangan ini merinci ukuran keuntungan dan keinginan-nya. Ini merupakan timbangan yang dengannya ia menimbang orang-orang yang ia cintai, rekan-rekannya, dan jama’ahnya. Adapun timbangan yang lain ia khususkan untuk lawan-lawannya dan orang-orang yang menyainginya. Timbangan ini begitu teliti dan peka yang tidak mungkin lepas darinya segala yang datang dan yang keluar. Demikianlah, jika Anda tidak melewati ukurannya, ia akan mengubah Anda dari orang yang dicintai menjadi orang yang dibenci. Kondisi lahiriahnya mengatakan :
Mata yang senang akan buta penglihatannya dari segala kejelekan.
Namun, mata yang benci akan merusak segala kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman :
ويل للمطففين * الذين إذا اكتالوا على الناس يستوفون * وإذا كالوهم أو وزنوهم يخسرون * ألا يظن أولئك أنهم مبعورثون * ليوم عظيم *
“Celakalah orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima timbangan dari orang lain ia minta dipenuhi. Namun apabila mereka menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar.” (Al-muthaffifun : 1-6)
Ketika salah seorang sahabat membaca ayat ini dalam shalat, Abu Hurarirah radhiyallaahu ‘anhu mengatakan : “Celakalah Abu Fulan! Ia memiliki dua timbangan. Apabila ia menerima timbangan dari orang lain, ia minta dipenuhinya. Namun apabila ia menimbang untuk orang lain, ia menguranginya.” (HR Ahmad dan Al-hakim)
Inilah timbangan-timbangan mereka.
Adapun ahlut tauhid, para penolongnya, dan para aktivis dakwahnya, maka timbangan mereka hanya satu yang tidak akan berubah atau berganti. Mereka tidak memilih timbangan ini berdasar-kan hawa nafsu mereka atau menetapkannya berdasarkan keuntungan dan anggapan baik mereka. Akan tetapi, Allah-lah yang telah menurunkannya kepada mereka bersama dengan Al-kitab dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menetapkan ukuran dan timbangan tersebut untuk mereka. Tidak akan salah dan tidak akan keliru orang yang menjaganya dan menetapkan timbangan dengannya selama-lamanya.
Itulah timbangan laa ilaaha illallaah, timbangan tauhid. Orang yang merealisasikannya adalah orang yang dekat dengan kita, orang yang kita cintai, dan akan selamat dari kehancuran. Orang yang melakukan kesalahan dan dosa apabila ia merealisasikan tauhid yang merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya dan men-jauhi kesyirikan, maka ia akan diampuni Allah. Cahaya tauhid akan memadamkan seluruh api kemaksiatan kecuali kesyrikan yang dapat membatalkannya sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa-dosa selainnya bagi siapa saja yang Ia kehendaki.”
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-tirmidzy, dan Ibnu Majah dari Abdullah bin ‘Amru berkata : Bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Seorang laki-laki dari umatku akan dipanggil pada hari kiamat di atas kepala makhluk-makhluk. Maka disebarkan kepadanya 99 catatan di mana setiap catatan panjangnya seperti panjangnya pandangan. Lalu Allah berfirman : ‘Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatan ini?’ Laki-laki tersebut berkata : ‘Tidak, ya rabbi.’ Allah berfirman : ‘Apakah catatan-Ku yang terjaga ini telah menzhalimimu?’ Kemudian Allah berfirman : ‘Apakah engkau memiliki kebaikan dari catatan tersebut?’ Laki-laki itu takut, lalu berkata : ‘Tidak.’ Allah berfirman : ‘Benar. Sesungguhnya engkau mempunyai kebaikan pada sisi Kami dan bahwasanya tidak ada kezhaliman terhadap dirimu pada hari ini.’ Maka dikeluarkanlah sebuah kartu yang di dalamnya terdapat Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Laki-laki tersebut berkata : ‘Ya rabbi, apa manfaat kartu ini terhadap catatan-catatan ini?’ Allah berfirman : ‘Engkau tidak akan dizhalimi.’ Kemudian diletakkanlah catatan-catatan pada telapak tangan dan kartu pada telapak tangan lain. Ternyata catatan-catatan tersebut lebih ringan dan kartu lebih berat.’"
Inilah timbangan kita, ahlut tauhid dan para penolongnya. Kita menimbang dengannya tulisan, perkataan, kitab, ulama, dan manusia seluruhnya. Kita tidak akan mendahulukan suatu apa pun di atas pelaksanaan kalimat tauhid dan penghindaran kesyirikan.
Barang siapa yang melaksanakan tauhid dan berjuang untuk menegakkannya, ia adalah orang yang dekat dengan kita. Ia dimaaf-kan dalam kesalahan atau takwilnya selain dalam hal kesyirikan. Ini merupakan jalan ahlus sunnah wal jama’ah. Tidak ada halangan untuk menjelaskan kesalahannya atau mengingatkan penyimpangan-nya sebagai nasehat karena Allah untuk agama-Nya dan untuk kaum Muslimin.
Barang siapa yang menuduh prinsip pokok ini atau menghancur-kan ikatannya yang kuat adalah orang yang jauh dari kita meskipun banyak orang mengagungkan dan mengutamakannya. Tidak ada halangan bagi kita untuk mentahdzir (mengingatkan) dari kesesatan-nya dan menjelaskan kesalahan dan penyimpangannya meskipun orang tersebut banyak julukannya atau besar sorban dan ijazahnya.
Itulah timbangan kita yang adil yang turun dari sisi Allah. Tidak ada timbangan selainnya meskipun orang membesarkan dan men-dahulukannya.
Apabila Anda ingin mengetahui keagungan urusan timbangan ini, maka perhatikanlah manhaj kami yang merupakan buah dari timbangan kami, kemudian perhatikanlah manhaj-manhaj mereka yang merupakan buah dari timbangan-timbangan mereka. Hanya Allah-lah yang Maha Mengatakan kebenaran dan Ia Maha Memberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Ditulis pada Rabii’uts Tsaany 1422 H.








(3) ‘IBRAH ADALAH DENGAN SUBTANSI DAN MAKNA, BUKAN DENGAN NAMA DAN KERANGKA

Allah Ta’ala berfirman :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الْأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ * وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari kalangan syetan-syetan manusia dan jin di mana sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan indah untuk menipu (manusia). Apabila Tuhanmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan segala yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu. Mereka merasa senang kepadanya dan agar mereka mengerjakan apa yang mereka (syetan) kerjakan.” (Al-an’am : 112-113)
Banyak manusia terpedaya dengan titel-titel cemerlang dan hati mereka cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan besar dan indah yang diangkat oleh negara dan sistem yang ada. Demikian juga, orang-orang ikhlas yang dangkal pemikirannya tertipu dengan nama-nama dan sifat-sifat di mana banyak kelompok, sekte, dan jama’ah disifati atau dinamai dengannya. Mereka ridha terhadapnya tanpa melihat subtansi jama’ah-jama’ah tersebut dan subtansi nama-nama dan sifat-sifatnya. Ini merupakan sesuatu yang menipu mereka, mengacaukan urusan mereka, dan mungkin pula banyak dari mereka yang terjerumus ke dalam penyimpangan-penyimpangan dalam manhaj serta bertindak serampangan di antara jalan orang-orang mukmin dan orang-orang mujrim.
Oleh karena itu, banyak syetan dari kalangan jin dan manusia memilih pekerjaan memperindah nama-nama untuk memalingkan para pengikut mereka dari kebenaran dan melencengkannya dari manhaj.
Tipu daya “menamai sesuatu bukan dengan nama sebenarnya” adalah sunnah Iblis dan jalan syetan. Sebab, yang pertama kali memperindah nama-nama dan mempermainkannya untuk men-campuraduk kenyataan dan menipudaya manusia adalah Iblis. Dialah pemilik sunnah dan jalan ini ketika menamai pohon larangan dengan “pohon kekekalan dan kekuasaan yang tidak akan rusak” untuk menipu bapak kita Adam ‘alaihis salaam. Jalan ini kemudian diikuti dan ditempuh oleh orang-orang munafiq dan musuh-musuh syari’at.
Allah ‘Azza wa Jalla telah menyebutkan bahwa orang-orang munafiq juga melakukan permainan jelek ini sejak dahulu dan bahwasanya apabila dikatakan kepada mereka, “Jangan berbuat kerusakan di muka bumi”, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Mereka menamakan kerusakan dengan perbaikan.
Allah Ta’ala berfirman :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُم ضَلالاً بَعِيداً (60) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودا ً(61) فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَاناً وَتَوْفِيقاً
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka ingin berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thaghut tersebut. Dan syetan ber-maksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafiq) ditimpa suatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah, ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yaqng sempurna.’” (An-nisa’ : 60-62)
Lihatlah, mereka menamakan pengambilan hukum kepada thaghut yang mereka lakukan dengan “penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.
Ini merupakan kebiasaan semua thaghut dan orang yang menempuh jalan mereka. Mereka menjadikan kekufuran mereka sebagai keimanan dan kebaikan. Mereka mensifati penyimpangan dan perusakan mereka sebagai perbaikan dan petunjuk. Mereka menamai tindakan teror dan penghinaan mereka kepada hamba-hamba Allah sebagai keamanan dan pengabdian kepada bangsa. Sebaliknya, mereka menggambarkan jihad melawan orang-orang kafir dan aktifitas dakwah sebagai perbuatan memecah-belah, merusak keamanan, dan teroris.
Pada dahulu kala, Fir’aun berkata tentang Musa dan dakwahnya : “Sesungguhnya aku takut ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (Ghaafir : 26)
Demikian juga, mereka memperindah riba dan menamakannya dengan nama-nama baru, seperti manfaat dan faidah, untuk meng-halalkannya. Mereka menamakan pula minuman keras (khamer) sebagai minuman penyemangat.
Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan : “Orang-orang dari kalangan umatku akan meminum khamer di mana mereka menyebut-nya bukan dengan namanya.”
Pada zaman ini kita melihat banyak jama’ah, sekte, dan kelompok mengikuti sunnah ini untuk menjajakan bid’ahnya. Di bawah dakwaan loyal dan cinta kepada ahlul bait serta nama-nama yang bagus dan indah, orang-orang Rafidhah menjajakan kebatilan mereka yang sangat banyak. Mereka mengatakan bahwa Al-qur’an telah menyimpang, memfitnah kehormatan isteri-isteri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan mengkafirkan mayoritas sahabat. Semua itu di bawah nama “cinta kepada ahlul bait” dan dengan dakwaan “loyal kepada mereka dan membela mereka”.
Di antara sekte-sekte tersebut ada yang menamakan aqidah kufur yang dibangaun di atas paham al-hulul wal ittihad (pantheisme) sebagai tauhid.
Di antara mereka ada yang menjadikan pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah sebagai pembersih dan pelaris kebatilan mereka.
Di antara orang-orang yang parah kesesatannya pada zaman ini ada yang menamakan dan mensifati demokrasi dengan syura untuk melariskannya di antara keawamaman kaum Muslimin dan menyesat-kan mereka.
Di antara mereka ada yang mensifati dan menamakan para penguasa murtad dan para thaghut kafir sebagai ulil amri untuk memasukkan umat manusia ke dalam ketaatan kepada mereka dan menggiringnya ke dalam loyalitas kepada mereka.
Dan di antara mereka ada yang menamakan du’aatut tauhid dan mujahidin yang keluar melawan para thaghut kafir sebagai kelompok takfiriyyun dan khawarij. Ia menamakan manhajnya yang mendukung para thaghut tersebut sebagai manhaj salafy yang sesuai dengan atsar agar umat manusia lari dari dakwah tauhid dan terus mencintai para thaghut.
Manhaj ini diangggap baik oleh pemerintah dan juga diperguna-kan oleh banyak pihak hingga saya sangat heran atas kelancangan seorang penyidik di badan intelijen di mana ia mencela agama dan aqidah saya dengan kata-kata yang sangat kotor. Kemudian ia berkata tatkala melihat perubahan pada wajah saya, “Aku tidak mencela aqidah dan agama yang benar, tapi aku mencela agamamu. Agamamu bukan agama yang benar. Kamu adalah orang zindiq.”
Apabila permainan ini bermanfaat baginya, sungguh akan ber-manfaat pula bagi syaikh dia yang sebelumnya, yaitu Iblis.
Oleh karena itu, kepada pencari kebenaran agar tidak tunduk kepada hiasan-hiasan indah dan nama-nama hingga ia melihat subtansinya dan agar tidak tertipu oleh penyimpangan-penyimpangan besar hingga ia melihat apa yang ada di belakangnya. Telitilah subtansinya; bukan namanya dan teliti pula maknanya; bukan ke-rangkanya di atas timbangan syar’i, yaitu timbangan tauhid yang telah kami bedakan dari seluruh timbangan yang ada pada kesempat-an terdahulu. Dan kepada pencari kebenaran agar tidak memalingkan hatinya kepada perkataan-perkataan indah atau meridhainya. Ini semua agar ia senantiasa tetap lurus berada pada kesungguhan dan tidak menyimpang atau bingung dari manhaj.
I’tibar (pelajaran) bukan dengan nama dan kerangka
Akan tetapi dengan subtansi dan makna.

Ditulis pada Jumadil Akhirah 1422

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apapun tanggapan anda, silahkan tulis...